“Syeikh
Al Qusayri Bermimpi, Temannya Lebih Dahulu Masuk Surga”
Seikh Al Qusaiyri pernah bercerita kepada salah seorang temannya sama-sama
seorang ulama mengenai mimpinya :” aku bermimpi seolah-olah kiamat telah
terjadi dan mendengar ada suara yang mengatakan :”masukkanlah Malik bin Dinar
dan Muhammad bin wasi’” kedalam surga”.
Aku menanti untuk mengetahui,
siapakah gerangan yang akan dimasukkan kedalam surga terlebih
dahulu, apakah Malik bin Dinar ataukah Muhammad bin Wasi’. Ternyata Muhammad
bin Wasi’ yang terlebih dahulu masuk ke surga daripada
Malik bin Dinar. Aku menjadi heran… amal perbuatan apakah yang telah dilakukan
oleh Muhammad bin Wasi’ sehingga memperoleh kehormatan dan kemuliaan untuk
memasuki surga lebih dahulu daripada temannya Malik bin Dinar. Tiba-tiba ada
yang menjawab keherananku: Muhammad bin Wasi’ satu gamis sedangkan Malik bin
Dinar dua gamis. Setelah itu aku tersentak bangun.
HIKMAH DIBALIK MIMPI
Pelajaran yang bisa diambil
dari kisah diatas adalah keutamaan kefakiran orang-orang fakir. Keutamaan orang
orang fakir yang sholeh antaralain karena ketika didunia mereka tidak banyak
berurusan dengan masalah harta benda serta urusan urusan keduniaan lainnya.
Orang fakir hanya makan seadanya, tidak berangan-angan untuk memakai pakaian
yang mewah.
Karena
tidakmengutamkankenikmatan-kenikmatan dunia itulah, orang-orang fakir yang
zuhud dan sholeh, lebih senang memilih kefakiran dalam menjalani kehidupannya. Karena itu, Allah
mengutamakan orang fakir untuk memasuki surga lebih dahulu
daripada orang-orang muslim yang kaya. Rasulullah saw sendiri pernah bersabda,
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Ra: ” Wahai
orang-orang fakir apakah aku tidak memberi kabar gembira kepadamu? Sesungguhnya
orang-orang muslim yang fakir akan masuk kedalam surga sebelum orang-orang
muslim yang kaya, dengan jarak setengah hari akhirat, yaitu lima ratus tahun”.
Yang
dimaksud oleh rasulullah saw tentu orang –orang fakir yang ikhlas, yang rela
menerima dengan ridha kefakirannya dan senantiasa merasa cukup dengan rizki
yang dikaruniakan Allah kepadanya. Atau orang-orang yang sebenarnya mampu hidup
berkecukupan atau bermewah-mewahan, tetapi meninggalkan semua itu dan menjalani
kehidupan zuhud/warra’ demi memperoleh keutamaan seperti yang telah disebutkan
diatas tadi.
Contoh
nyata dari kehidupan ini adalah Rasulullah sendiri serta keluarganya. Tak ada
sejarah yang menyatakan bahwa, beliau hidup dengan bergelimang harta. Bahkan
kaum oreintalis yang sangat memusuhi Islampun dengan jujur mengakuipola hidup
Rasulullah saw yang penuh diwarnai kemiskinan. Begitu pula dengan cara
sahabatnya yang meneladani belaiu.
Sebenarnya
jika Rasulullah saw menginginkan untuk hidup mewah, pasti beliau bisa
melakukannya dengan kapasitasnya sebgai kepala pemerintahaan pada saat itu.
Tapi bukan seperti itu tujuan hidup beliau. Hidup zuhud dan wara’ juga beliau
anjurkan kepada putri kinasihnya, yakni Fatimah Azzahra dan suaminya Ali bin
Abi Thalib beserta keempat putra putri Fatimah dan Ali Ra, yakni Hasan,Husain,
Zainab dan Ummi Kaltsum.
Sebagai
gambaran nyata dari kefakiran Ahlul Bait Rasulullah ini, baiklah akan kita
nukilkan sedikit kisah kehidupannya yang zuhud namun penuh dengan berkah itu.
Pola
hidup sederhana adalah pola hidup yang diterapkan Rasulullah saw kepada
keluarga putri bungsunya yakni Fatimah Azzahra. Sebab jika beliau menginginkan
putrinya hidup berkecukupan atau bergelimang harta benda, maka mustahil beliau
akan mengawinkan putri kesayangannya itu dengan Ali bin Abi Thalib, seorang
pemuda miskin papa yang hidupnya serba kekurangan. Padahal ketika itu banyak
sekali bangsawan Madinah yang menginginkan Fatimah sebagai istrinya. Namun
tentang urusan jodoh Fatimah, Rasulullah saw menyerahkan sepenuhnya kepada
kehendak Allah Yang Maha Tinggi. Dan ternyata Allah swt menghendaki Ali lah
yang menjadi jodoh Fatimah, putri kesayangan beliau.
Menurut Rasulullah saw, meskipun Ali bin Abi Thalib
bukanlah laki-laki yang bergelimang harta sebagaimana menantu menantu beliau
yang lain, namun Ali bin Abi Thalib merupakan laki-laki terkemuka didunia dan
akhirat, disampinng dia merupakan kerabat belaiu sendiri yang paling dekat.
Diantara para sahabat, dialah yang paling sholeh, paling dalam ilmunya, paling
sabar, paling tabah dan paling dini memeluk islam. Tentang Ali sendiri, sebelum
menikah Rasulullah saw telah menjelaskan secara panjang lebar kepada Fatimah
mengenal kekurangan-kekurangannya, terutama dalam soal harta benda.
Oleh
karena itu Fatimah sama sekali tidak kaget ketika sudah menikah dan pindah ke
rumah suaminya yang ditempat tidurnya sempit, di rumahnya yang tidak ada kasur
yang empuk atau perkakas rumah tangga yang nyaman dipakai. Ia menjumpai rumah
yang begitu sederhana menurut ukuran kota madinah. Begitu sederhananya hingga
boleh dikatakan tempat tidur hanyalah sebuah dipan yang diberi alas beberapa
kulit kambing sebagai kasurnya agar tidak begitu terasa kasar dikulit. Lalu
bantalnya terbuat dari beberpa serabut kurma yang dibuat sedemikian rupa hingga
menyerupai bantal.
Adapun
perkakas dapur yang ditemui Fatimah dirumah suaminya ketika itu hanyalah dua
alat penggilingan gandum serta dua buah wadah sebagai tempat air bersih. Dengan
alat-alat sederhana itulah Fatimah yang ketika itu masih sangat muda belia dan
mempunyai pembawaan tubuh lemah, memikul sendiri semua pekerjaan rumah
tangganya, tanpa terdengar keluhan sedikitpun. Sesekali untuk meringankan beban
istrinya, Syaidina Ali Ra juga ikut terjun kedapur, membantu istrinya mencarikan
air bersih atau menggilingkan gandum.
Syaidina
Ali sebenarnya amat kasihan melihat semua beban istrinya. Semenjak kecil
Syaidah Fatimah tidak pernah merasakan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang
berkaitan dengan materi. Syaidina Ali sangat paham hal ini, sebab sebagai anak
angkat Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib hidup satu atap dengan Fatimah
dibawah naungan Rasulullah saw. Oleh sebab itu, bagi Ali maupun Fatimah mereka
itu bukan orang asing lagi, sebab pergaulan mereka sejak kecil menjadikan
keduanya telah mengenal diri mereka masing-masing seperti mengenal diri mereka
sendiri.
Jangan
membayangkan bahwa Ali dan Fatimah bisa tidur nyenyak setiap malamnya. Tidak
adanya selimut yang memadai untuk menutupi tubuh mereka dari hembusan hawa
padang pasir yang menggigit tulang di malam hari menambah keprihatinan hidup
mereka.
Menurut
riwayat yang bersumber dari beberapa sahabat, kedua pasangan suami istri itu
hanya mempunyai satu selimut pendek dan kecil. Selimut ini tidak cukup untuk
menyelimuti satu badan orang dewasa. Sedangkan mereka terdiri atas dua orang.
Karenya jika musim dingin tiba, dan selimut itu digunakan untuk menutupi kaki
mereka berdua maka badan serta kepalanya tidak tertutupi. Bila selimut ditarik
keatas, maka kakinyalah yang akan kedinginan. Satu-satunya jalan yang paling
nyaman untuk mereka berdua adalah tidur melingkar, agar seluiruh badan
terselimuti semua. Padahal jika tidur melingkar terlalu lama, maka badanpun
akan tersa pegal juga.
Jadi
begitulah gambaran kesederhanaan kehidupan putri terkasih Rasulullah saw.
Sebenarnya beliau juga amat prihatin terhadap kondisi dan keadaan putri beliau
yang serba kekurangan. Namun, Rasulullah saw tidak dapat berbuat banyak, sebab
keadaan Rasulullah dan istrinyapun kurang lebih sama. Namun rasa prihatin
beliau berubah menjadi simpati dan kagum ketika melihat ketabahaan putrinyan
menjalani kehidupan yang serba kurang. Putri dan menantunya terlihat begitu
ikhlas dalam menjalani kehidupan berumah tangga yang penuh dengan kekurangan.
Oleh karena itu, rasa cinta dan kasih
sayang beliau bertambah tambah kepada mereka berdua. Tak henti-hentinya
beliau mendoakan kabaikan putri dan menantunya itu.
Suatu
hari di malam yang dingin, ketika Rasulullah hendak mengunjungi putrinya
terlihat pintu rumah Ali Ra. Masih terbuka. Beliau mengira kalau putri dan
suaminya belum tidur. Padahal ketika itu mereka berdua telah terbaring di
tempat tidurnya. Namun keadaan pintu yang sedemikian rupa begitu mudahnya
tertiup oleh hembusan angin padang pasir yang begitu kencang. Ketika Rasulullah
tiba didepan pintu, oleh beliau terlihat putri dan suaminya sedang berebut
selimut yang begitu besar. Udara yang sangat dingin membuat mereka merasa
enggan untuk saling mengalah untuk berebut selimut. Melihat kejadian itu
Rasulullah tersenyum geli.
Kemudian
Rasulullah mengucapkan salam pada mereka, sehingga mereka berdua terkejut akan
kedatangan Rasulullah secara tiba-tiba. Langsung saja mereka berdua duduk
sembari mengangguk anggguk hormat kepada Rasulullah. Keduanya merasa malu
dipergoki oleh ayahnya yang sedang berebut selimut. Melihat hali itu Rasulullah
saw tersenyum bijaksana. Lalu Rasulullah bertanya: “ Maukah kalian aku beri
sesuatu?”. Mereka menjawab serempak “ Tentu ya Rasulullah!”. Rasulullah saw
kemudian berkata:”Malaikat telah turun kepadaku dan mengajari beberapa
kalimat, yaitu : ketika habis sholat,
hendaknya kalian membaca tasbih(subhanallah), tahmid(Alhamdulillah), dan
takbir(Allahuakbar) masing-masing tiga puluh kali. Sedangkan apabila kalian
hendak tidur, maka bacalah masing-masing sepuluh kali.
Rupanya
hanya untuk keperluan itulah beliau mendatangi putrinya. Suatu pelajaran yang
diberikan dengan kasih sayang, ternyata menjadi bekal yang amat berharga bagi
keduanya. Sejak saat itu mereka berdua tidak pernah lupa untuk mengamalkannya,
hingga akhir hayatnya.
Beban
hidup putrinya semakin hari semakin bertambah dengan kehadiran putra-putri
dalam rumah tangganya, kesibukan mengurus rumah tangga menjadikan Sayidah
Fatimah semakin tampak kurus. Hal ini menjadikan Syaidina Ali khawatir, dengan
beban berat yang dipikul oleh Syaidah Fatimah membuat tenaganya semakin lemah.
Untuk itu Sayidina Ali memohon kepada istrinya untuk meminta satu saja budak
perempuan tawanan perang untuk dijadikan sebagai pembantu. Ali tahu bahwa
Rasulullah baru saja kembali dari peperangan dan banyak membawa tawanan perang.
Himbauan suaminya itu hanya dijawab dengan Insya Allah oleh syaidah Fatimah.
Akhirnya
Syaidah Fatimah berangkat kerumah ayahnya yang jaraknya tidak begitu jauh dari
rumahnya. Tetapi setelah sampai dihadapan Ayahnya beliau merasa malu
mengungkapkannya. Padahal Rasulullah saw saat itu bertanya “ ada perlu apa
engkau kemari wahai anakku?”. Fatimah hanya mampu menjawab “ saya datang hanya
untuk menyampaikan salam saja ayah !”. Hanya itu saja yang mampu diucapkan oleh
Syaidah Fatimah. Akhirnya beliau pun pulang dengan tangan hampa. Ketika ditanya
oleh suaminya beliau menjawab “ saya malu menyampaikan permohonan itu kepada
ayah”. Dan akhirnya mereka datang bersama-sama menghadap ke Baginda Rasulullah
saw
Lagi-lagi
sesampainya dihadapan Baginda Rasulullah, keduanya membisu. Namun akhirnya,
dengan ucapan yang tersendat sendat Sayidah Fatimah berterus terang bahwa
mereka berdua hendak meminta tawanan perang perempuan untuk dijadikan pembantu
rumahnya. Namun apa jawaban Baginda Rasululla? Ternyata Beliau tidak
mengabulkannya. Padahal yang meminta adalah putri tercintanya sendiri dan
sebenarnya jikalau Rasulullah ingin amat mudah untuk mengabulkannya. Beliau
berkata bahwa semua tawanan perang dan barang-barang jarahan hendak dijualnya
dan uangnya akan masuk ke baitul Mal. Jika tidak maka uangnya akan disumbangkan
kepada orang-orang yang kelaparan. Jika Ali mampu membelinya, maka beliau akan
melepaskannya. Namun dengan apakah Ali akan membelinya? Maka sekali lagi mereka
berdua pulang dengan tangan hampa.
Betapa
ingin Syaidah Fatimah mempunyai seorang pembantu untuk sekedar meringankan
beban pekerjaannya. Namun ia tidak punya uang yang cukup untuk mengupahnya.
Syarat penghidupannya tidak memungkinkan untuk mengambil orang upahan.
Akibatnya Fatimah sering sesak nafas karena kelelahan. Sebagai seorang putri
Rasul dan seorang pemimpin jika ia mau dengan amat mudah sekali apa yang
diinginkan oleh Syaidah Fatimah pasti terlaksana. Akan tetapi Beliau tidak
melakukannya karena beliau tahu betul sifat Ayahnya yang selalu mendahulukan
kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi.
Begitulah
sekelumit kisah kezuhudan keluarga teladan umat islam. Kecintaan Rasulullah
yang begitu besar kepada keluarga Ahlul bait antaralain karena keikhlsannya
yang begitu nyata menjalani hidup dengan kesederhanaan. Dan keutamaan mereka
itulah yamg menjadikan keluarga Ahlul bait menjadi keluarga kecintaan Allah dan
Rasuln-Nya.
Mengenai
keutamaan orang orang fakir yang ikhlas Rasulullah bersabda: “ Hendaklah
orang-orang mukmin yang fakir bergembira, bahwa mereka akan memperoleh
kebahagiaan dihari kiamat sebelum orang-orang yang kaya dengan jarak 500 tahun.
Mereka (orang- orang fakir) meraskan beberapa kenikmatan di surga, sedangkan
orang-orang kaya masih berada dalam hisab”.
Keutamaan
yang diberikan Allah swt kepada kaum fakir yang ikhlas antara lain karena
ketabahan mereka dalam bersusah payah mengendalikan hawa nafsu duniawi. Padahal
tidak semua orang bisa melakukannya. Kebiasaan yang berlaku didunia dari dulu
hingga sekarang orang fakir biasanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang
kaya. Sebab orang kaya merasa derajatnya lebih tinggi dibandingkan orang
miskin. Padahal belum tentu demikian dimata Allah swt. Sabda Rasulullah saw
menunjukkan bahwa orang –orang fakir muslim, yang taat dan ikhlas, sebagaimana
yang dicontohkan oleh keluarga Ahlul bait (Ali Ra dan Fatimah ra), kelak di
akhirat menjadi tamu Allah swt yang akan dimuliakan lebih dari orang-orang
muslim yang kaya.
Orang-orang
fakir sudah mereguk beberpa kemikmatan disurga, sementara orang-orang kaya
masih mempertanggungjawabkan perolehan kekayaannya serta beberapa
kenikmatan-kenikmatan yang pernah direguknya ketika didunia. Akan beruntung
jika dalam hisabnya mereka bisa selamat dan masuk surga. Jika tidak jelas
mereka akan terlempar kedalam neraka..... maka celakalah dia.
Penjelasan
di atas cukup untuk membuktikan bahwa yang menjadi sebab Muhammad bin Wasi’
diutamkan oleh Allah swt memasuki surga lebih dahulu daripada Malik bin Dinar
adalah karena kekayaan Muhammad bin Wasi’ yang lebih sedikit daripada Malik bin
Dinar. Padahal jika dilihat dari status sosial mereka sama-sama seorang ulama
yang amat sederhana hidup dan disegani di zamannya, ketaatannya kepada Allah
swt dan Rasul-Nya tidak diragukan lagi.
Semoga
Allah swt menjadikan kita orang yang selalu cukup sehingga tidak terjerumus
kedalam kemewahan dunia yang berlebihan.
Amiinnnnnnnnn................!!!!!!!!!!!