Kamis, 26 Maret 2015

KISAH KEUTAMAAN ZUHUD

Syeikh Al Qusayri Bermimpi, Temannya Lebih Dahulu Masuk Surga”
Seikh Al Qusaiyri pernah bercerita kepada salah seorang temannya sama-sama seorang ulama mengenai mimpinya :” aku bermimpi seolah-olah kiamat telah terjadi dan mendengar ada suara yang mengatakan :”masukkanlah Malik bin Dinar dan Muhammad bin wasi’” kedalam surga”.
Aku menanti untuk mengetahui, siapakah gerangan yang akan dimasukkan kedalam surga terlebih dahulu, apakah Malik bin Dinar ataukah Muhammad bin Wasi’. Ternyata Muhammad bin Wasi’ yang terlebih dahulu masuk ke surga daripada Malik bin Dinar. Aku menjadi heran… amal perbuatan apakah yang telah dilakukan oleh Muhammad bin Wasi’ sehingga memperoleh kehormatan dan kemuliaan untuk memasuki surga lebih dahulu daripada temannya Malik bin Dinar. Tiba-tiba ada yang menjawab keherananku: Muhammad bin Wasi’ satu gamis sedangkan Malik bin Dinar dua gamis. Setelah itu aku tersentak bangun.
HIKMAH DIBALIK MIMPI
Pelajaran yang bisa diambil dari kisah diatas adalah keutamaan kefakiran orang-orang fakir. Keutamaan orang orang fakir yang sholeh antaralain karena ketika didunia mereka tidak banyak berurusan dengan masalah harta benda serta urusan urusan keduniaan lainnya. Orang fakir hanya makan seadanya, tidak berangan-angan untuk memakai pakaian yang mewah.
Karena tidakmengutamkankenikmatan-kenikmatan dunia itulah, orang-orang fakir yang zuhud dan sholeh, lebih senang memilih kefakiran dalam menjalani kehidupannya. Karena itu, Allah mengutamakan orang fakir untuk memasuki surga lebih dahulu daripada orang-orang muslim yang kaya. Rasulullah saw sendiri pernah bersabda, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Ra: ” Wahai orang-orang fakir apakah aku tidak memberi kabar gembira kepadamu? Sesungguhnya orang-orang muslim yang fakir akan masuk kedalam surga sebelum orang-orang muslim yang kaya, dengan jarak setengah hari akhirat, yaitu lima ratus tahun”.
Yang dimaksud oleh rasulullah saw tentu orang –orang fakir yang ikhlas, yang rela menerima dengan ridha kefakirannya dan senantiasa merasa cukup dengan rizki yang dikaruniakan Allah kepadanya. Atau orang-orang yang sebenarnya mampu hidup berkecukupan atau bermewah-mewahan, tetapi meninggalkan semua itu dan menjalani kehidupan zuhud/warra’ demi memperoleh keutamaan seperti yang telah disebutkan diatas tadi.
Contoh nyata dari kehidupan ini adalah Rasulullah sendiri serta keluarganya. Tak ada sejarah yang menyatakan bahwa, beliau hidup dengan bergelimang harta. Bahkan kaum oreintalis yang sangat memusuhi Islampun dengan jujur mengakuipola hidup Rasulullah saw yang penuh diwarnai kemiskinan. Begitu pula dengan cara sahabatnya yang meneladani belaiu.
Sebenarnya jika Rasulullah saw menginginkan untuk hidup mewah, pasti beliau bisa melakukannya dengan kapasitasnya sebgai kepala pemerintahaan pada saat itu. Tapi bukan seperti itu tujuan hidup beliau. Hidup zuhud dan wara’ juga beliau anjurkan kepada putri kinasihnya, yakni Fatimah Azzahra dan suaminya Ali bin Abi Thalib beserta keempat putra putri Fatimah dan Ali Ra, yakni Hasan,Husain, Zainab dan Ummi Kaltsum.
Sebagai gambaran nyata dari kefakiran Ahlul Bait Rasulullah ini, baiklah akan kita nukilkan sedikit kisah kehidupannya yang zuhud namun penuh dengan berkah itu.
Pola hidup sederhana adalah pola hidup yang diterapkan Rasulullah saw kepada keluarga putri bungsunya yakni Fatimah Azzahra. Sebab jika beliau menginginkan putrinya hidup berkecukupan atau bergelimang harta benda, maka mustahil beliau akan mengawinkan putri kesayangannya itu dengan Ali bin Abi Thalib, seorang pemuda miskin papa yang hidupnya serba kekurangan. Padahal ketika itu banyak sekali bangsawan Madinah yang menginginkan Fatimah sebagai istrinya. Namun tentang urusan jodoh Fatimah, Rasulullah saw menyerahkan sepenuhnya kepada kehendak Allah Yang Maha Tinggi. Dan ternyata Allah swt menghendaki Ali lah yang menjadi jodoh Fatimah, putri kesayangan beliau.
Menurut  Rasulullah saw, meskipun Ali bin Abi Thalib bukanlah laki-laki yang bergelimang harta sebagaimana menantu menantu beliau yang lain, namun Ali bin Abi Thalib merupakan laki-laki terkemuka didunia dan akhirat, disampinng dia merupakan kerabat belaiu sendiri yang paling dekat. Diantara para sahabat, dialah yang paling sholeh, paling dalam ilmunya, paling sabar, paling tabah dan paling dini memeluk islam. Tentang Ali sendiri, sebelum menikah Rasulullah saw telah menjelaskan secara panjang lebar kepada Fatimah mengenal kekurangan-kekurangannya, terutama dalam soal harta benda.
Oleh karena itu Fatimah sama sekali tidak kaget ketika sudah menikah dan pindah ke rumah suaminya yang ditempat tidurnya sempit, di rumahnya yang tidak ada kasur yang empuk atau perkakas rumah tangga yang nyaman dipakai. Ia menjumpai rumah yang begitu sederhana menurut ukuran kota madinah. Begitu sederhananya hingga boleh dikatakan tempat tidur hanyalah sebuah dipan yang diberi alas beberapa kulit kambing sebagai kasurnya agar tidak begitu terasa kasar dikulit. Lalu bantalnya terbuat dari beberpa serabut kurma yang dibuat sedemikian rupa hingga menyerupai bantal.
Adapun perkakas dapur yang ditemui Fatimah dirumah suaminya ketika itu hanyalah dua alat penggilingan gandum serta dua buah wadah sebagai tempat air bersih. Dengan alat-alat sederhana itulah Fatimah yang ketika itu masih sangat muda belia dan mempunyai pembawaan tubuh lemah, memikul sendiri semua pekerjaan rumah tangganya, tanpa terdengar keluhan sedikitpun. Sesekali untuk meringankan beban istrinya, Syaidina Ali Ra juga ikut terjun kedapur, membantu istrinya mencarikan air bersih atau menggilingkan gandum.
Syaidina Ali sebenarnya amat kasihan melihat semua beban istrinya. Semenjak kecil Syaidah Fatimah tidak pernah merasakan kenikmatan-kenikmatan duniawi yang berkaitan dengan materi. Syaidina Ali sangat paham hal ini, sebab sebagai anak angkat Rasulullah saw, Ali bin Abi Thalib hidup satu atap dengan Fatimah dibawah naungan Rasulullah saw. Oleh sebab itu, bagi Ali maupun Fatimah mereka itu bukan orang asing lagi, sebab pergaulan mereka sejak kecil menjadikan keduanya telah mengenal diri mereka masing-masing seperti mengenal diri mereka sendiri.
Jangan membayangkan bahwa Ali dan Fatimah bisa tidur nyenyak setiap malamnya. Tidak adanya selimut yang memadai untuk menutupi tubuh mereka dari hembusan hawa padang pasir yang menggigit tulang di malam hari menambah keprihatinan hidup mereka.
Menurut riwayat yang bersumber dari beberapa sahabat, kedua pasangan suami istri itu hanya mempunyai satu selimut pendek dan kecil. Selimut ini tidak cukup untuk menyelimuti satu badan orang dewasa. Sedangkan mereka terdiri atas dua orang. Karenya jika musim dingin tiba, dan selimut itu digunakan untuk menutupi kaki mereka berdua maka badan serta kepalanya tidak tertutupi. Bila selimut ditarik keatas, maka kakinyalah yang akan kedinginan. Satu-satunya jalan yang paling nyaman untuk mereka berdua adalah tidur melingkar, agar seluiruh badan terselimuti semua. Padahal jika tidur melingkar terlalu lama, maka badanpun akan tersa pegal juga.
Jadi begitulah gambaran kesederhanaan kehidupan putri terkasih Rasulullah saw. Sebenarnya beliau juga amat prihatin terhadap kondisi dan keadaan putri beliau yang serba kekurangan. Namun, Rasulullah saw tidak dapat berbuat banyak, sebab keadaan Rasulullah dan istrinyapun kurang lebih sama. Namun rasa prihatin beliau berubah menjadi simpati dan kagum ketika melihat ketabahaan putrinyan menjalani kehidupan yang serba kurang. Putri dan menantunya terlihat begitu ikhlas dalam menjalani kehidupan berumah tangga yang penuh dengan kekurangan. Oleh karena itu, rasa cinta dan kasih  sayang beliau bertambah tambah kepada mereka berdua. Tak henti-hentinya beliau mendoakan kabaikan putri dan menantunya itu.
Suatu hari di malam yang dingin, ketika Rasulullah hendak mengunjungi putrinya terlihat pintu rumah Ali Ra. Masih terbuka. Beliau mengira kalau putri dan suaminya belum tidur. Padahal ketika itu mereka berdua telah terbaring di tempat tidurnya. Namun keadaan pintu yang sedemikian rupa begitu mudahnya tertiup oleh hembusan angin padang pasir yang begitu kencang. Ketika Rasulullah tiba didepan pintu, oleh beliau terlihat putri dan suaminya sedang berebut selimut yang begitu besar. Udara yang sangat dingin membuat mereka merasa enggan untuk saling mengalah untuk berebut selimut. Melihat kejadian itu Rasulullah tersenyum geli.
Kemudian Rasulullah mengucapkan salam pada mereka, sehingga mereka berdua terkejut akan kedatangan Rasulullah secara tiba-tiba. Langsung saja mereka berdua duduk sembari mengangguk anggguk hormat kepada Rasulullah. Keduanya merasa malu dipergoki oleh ayahnya yang sedang berebut selimut. Melihat hali itu Rasulullah saw tersenyum bijaksana. Lalu Rasulullah bertanya: “ Maukah kalian aku beri sesuatu?”. Mereka menjawab serempak “ Tentu ya Rasulullah!”. Rasulullah saw kemudian berkata:”Malaikat telah turun kepadaku dan mengajari beberapa kalimat,  yaitu : ketika habis sholat, hendaknya kalian membaca tasbih(subhanallah), tahmid(Alhamdulillah), dan takbir(Allahuakbar) masing-masing tiga puluh kali. Sedangkan apabila kalian hendak tidur, maka bacalah masing-masing sepuluh kali.
Rupanya hanya untuk keperluan itulah beliau mendatangi putrinya. Suatu pelajaran yang diberikan dengan kasih sayang, ternyata menjadi bekal yang amat berharga bagi keduanya. Sejak saat itu mereka berdua tidak pernah lupa untuk mengamalkannya, hingga akhir hayatnya.
Beban hidup putrinya semakin hari semakin bertambah dengan kehadiran putra-putri dalam rumah tangganya, kesibukan mengurus rumah tangga menjadikan Sayidah Fatimah semakin tampak kurus. Hal ini menjadikan Syaidina Ali khawatir, dengan beban berat yang dipikul oleh Syaidah Fatimah membuat tenaganya semakin lemah. Untuk itu Sayidina Ali memohon kepada istrinya untuk meminta satu saja budak perempuan tawanan perang untuk dijadikan sebagai pembantu. Ali tahu bahwa Rasulullah baru saja kembali dari peperangan dan banyak membawa tawanan perang. Himbauan suaminya itu hanya dijawab dengan Insya Allah oleh syaidah Fatimah.
Akhirnya Syaidah Fatimah berangkat kerumah ayahnya yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Tetapi setelah sampai dihadapan Ayahnya beliau merasa malu mengungkapkannya. Padahal Rasulullah saw saat itu bertanya “ ada perlu apa engkau kemari wahai anakku?”. Fatimah hanya mampu menjawab “ saya datang hanya untuk menyampaikan salam saja ayah !”. Hanya itu saja yang mampu diucapkan oleh Syaidah Fatimah. Akhirnya beliau pun pulang dengan tangan hampa. Ketika ditanya oleh suaminya beliau menjawab “ saya malu menyampaikan permohonan itu kepada ayah”. Dan akhirnya mereka datang bersama-sama menghadap ke Baginda Rasulullah saw
Lagi-lagi sesampainya dihadapan Baginda Rasulullah, keduanya membisu. Namun akhirnya, dengan ucapan yang tersendat sendat Sayidah Fatimah berterus terang bahwa mereka berdua hendak meminta tawanan perang perempuan untuk dijadikan pembantu rumahnya. Namun apa jawaban Baginda Rasululla? Ternyata Beliau tidak mengabulkannya. Padahal yang meminta adalah putri tercintanya sendiri dan sebenarnya jikalau Rasulullah ingin amat mudah untuk mengabulkannya. Beliau berkata bahwa semua tawanan perang dan barang-barang jarahan hendak dijualnya dan uangnya akan masuk ke baitul Mal. Jika tidak maka uangnya akan disumbangkan kepada orang-orang yang kelaparan. Jika Ali mampu membelinya, maka beliau akan melepaskannya. Namun dengan apakah Ali akan membelinya? Maka sekali lagi mereka berdua pulang dengan tangan hampa.
Betapa ingin Syaidah Fatimah mempunyai seorang pembantu untuk sekedar meringankan beban pekerjaannya. Namun ia tidak punya uang yang cukup untuk mengupahnya. Syarat penghidupannya tidak memungkinkan untuk mengambil orang upahan. Akibatnya Fatimah sering sesak nafas karena kelelahan. Sebagai seorang putri Rasul dan seorang pemimpin jika ia mau dengan amat mudah sekali apa yang diinginkan oleh Syaidah Fatimah pasti terlaksana. Akan tetapi Beliau tidak melakukannya karena beliau tahu betul sifat Ayahnya yang selalu mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi.
Begitulah sekelumit kisah kezuhudan keluarga teladan umat islam. Kecintaan Rasulullah yang begitu besar kepada keluarga Ahlul bait antaralain karena keikhlsannya yang begitu nyata menjalani hidup dengan kesederhanaan. Dan keutamaan mereka itulah yamg menjadikan keluarga Ahlul bait menjadi keluarga kecintaan Allah dan Rasuln-Nya.
Mengenai keutamaan orang orang fakir yang ikhlas Rasulullah bersabda: “ Hendaklah orang-orang mukmin yang fakir bergembira, bahwa mereka akan memperoleh kebahagiaan dihari kiamat sebelum orang-orang yang kaya dengan jarak 500 tahun. Mereka (orang- orang fakir) meraskan beberapa kenikmatan di surga, sedangkan orang-orang kaya masih berada dalam hisab”.
Keutamaan yang diberikan Allah swt kepada kaum fakir yang ikhlas antara lain karena ketabahan mereka dalam bersusah payah mengendalikan hawa nafsu duniawi. Padahal tidak semua orang bisa melakukannya. Kebiasaan yang berlaku didunia dari dulu hingga sekarang orang fakir biasanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang kaya. Sebab orang kaya merasa derajatnya lebih tinggi dibandingkan orang miskin. Padahal belum tentu demikian dimata Allah swt. Sabda Rasulullah saw menunjukkan bahwa orang –orang fakir muslim, yang taat dan ikhlas, sebagaimana yang dicontohkan oleh keluarga Ahlul bait (Ali Ra dan Fatimah ra), kelak di akhirat menjadi tamu Allah swt yang akan dimuliakan lebih dari orang-orang muslim yang kaya.
Orang-orang fakir sudah mereguk beberpa kemikmatan disurga, sementara orang-orang kaya masih mempertanggungjawabkan perolehan kekayaannya serta beberapa kenikmatan-kenikmatan yang pernah direguknya ketika didunia. Akan beruntung jika dalam hisabnya mereka bisa selamat dan masuk surga. Jika tidak jelas mereka akan terlempar kedalam neraka..... maka celakalah dia.
Penjelasan di atas cukup untuk membuktikan bahwa yang menjadi sebab Muhammad bin Wasi’ diutamkan oleh Allah swt memasuki surga lebih dahulu daripada Malik bin Dinar adalah karena kekayaan Muhammad bin Wasi’ yang lebih sedikit daripada Malik bin Dinar. Padahal jika dilihat dari status sosial mereka sama-sama seorang ulama yang amat sederhana hidup dan disegani di zamannya, ketaatannya kepada Allah swt dan Rasul-Nya tidak diragukan lagi.
Semoga Allah swt menjadikan kita orang yang selalu cukup sehingga tidak terjerumus kedalam kemewahan dunia yang berlebihan. Amiinnnnnnnnn................!!!!!!!!!!!